Translate

Senin, 23 Juli 2012

Diburu Maut

Oleh: Rangga L Utomo*
Pada tahun 1845, Fyodor Dostoyevsky, yang saat itu berusia dua puluh empat tahun, mengguncang dunia sastra Rusia dengan terbitnya novel pertamanya, 'Kaum Miskin' (Бедные люди). Maka, diapun disanjung oleh masyarakat St. Petersburg. Akan tetapi, Dostoyevsky merasa hampa akan ketenaran itu. Maka, diapun hanyut ke dalam arena politik, menghadiri pertemuan-pertemuan  berbagai kelompok radikal. Salah satu dari kelompok itu terarah pada Mikhail Petrashevsky yang karismatik.

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1848, pecahlah revolusi di seluruh penjuru Eropa. Terinspirasi oleh apa yang terjadi di Barat, kelompok-kelompok radikal Rusia seperti kelompok Petrashevsky membahas kemungkinan mengikuti jejak Barat. Akan tetapi, agen-agen Tsar Nikolas I telah menyusupi kelompok-kelompok ini, maka ditulislah laporan-laporan tentang gagasan dan perencanaan gerakan liar yang dibahas di rumah Petrashevsky, termasuk pembahasan tentang kemungkinan memicu pemberontakan petani. Dostoyevsky sangat bersemangat untuk membebaskan para pekerja paksa, dan pada tanggal  23 April 1849, dia ditahan bersama dengan dua puluh tiga anggota lain dari kelompok Petrashevsky.

Setelah delapan bulan  mendekam di penjara, para tahanan dibangunkan pada suatu pagi yang dingin dan diberi tahu bahwa pada akhirnya mereka akan mendengar vonis hukuman mereka pada hari itu. Pembuangan selama beberapa bulan adalah hukuman yang wajar atas kejahatan mereka; tidak lama lagi juga penderitaan mereka akan berakhir, demikian pikir mereka.

Mereka dijejalkan ke dalam kereta dan dibawa melalui jalanan licin karena es di St. Petersburg. Begitu turun dari kereta-kereta tersebut di alun-alun Semyonovsky, mereka disambut oleh seorang imam; di belakang sang imam mereka melihat barisan prajurit dan, di belakang barisan prajurit tersebut, ribuan penonton. Mereka digiring menuju sebuah arena eksekusi di tengah alun-alun tersebut. Di bagian depan terdapat tiga tiang, dan di sebelahnya terdapat sederet gerobak berisi peti-peti mati.

Dostoyevsky tidak menyangka apa yang dilihatnya. "Tidak mungkin mereka akan menghukum mati kita," demikian dia berbisik kepada sesama tahanan. Mereka digiring menuju tempat tersebut dalam dua barisan. Hari itu luar biasa dingin, dan para tahanan mengenakan pakaian tipis yang mereka kenakan ketika mereka ditahan pada bulan April sebelumnya. Lalu, terdengarlah suara genderang. Seorang petugas tampil membacakan hukuman mereka: "Seluruh terdakwa bersalah dengan tuduhan berniat menimbulkan kekacauan nasional, dan oleh karenanya dihukum mati di hadapan pasukan penembak." Para tahanan pun tertegun.

Sementara sang petugas membacakan tuduhan  dan hukuman secara individual, Dostoyevksy menemukan dirinya memandangi puncak keemasan sebuah gereja di dekat sana yang tertimpa sinar matahari pagi. Kilau sinar matahari menghilang ketika sebuah awan lewat di atas mereka, dan terpikirlah oleh Dostoyevksy bahwa dia akan segera memasuki kegelapan  dengan sama cepatnya, dan selamanya. Tiba-tiba timbul pula suatu pemikiran lain: "Seandainya aku tidak mati, seandainya aku tidak dihukum mati, kehidupanku tiba-tiba akan menjadi tidak pernah berakhir tampaknya, kekal selamanya, setiap menitnya dalam satu abad. Aku akan memperhitungkan setiap detik yang berlalu - aku tidak akan menyia-nyiakan sedetik pun dalam kehidupanku."

Para tahanan diberikan kemeja berpenutup kepala. Sang imam tampil untuk membacakan doa terakhir dan mendengar pengakuan dosa mereka. Mereka mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Tiga tahanan pertama yang akan ditembak diikat pada ketiga tiang tersebut, dan wajah mereka ditutup dengan penutup kepala mereka. Dostoyevsky berdiri di depan, dalam kelompok berikutnya. Para prajurit mengangkat senapan mereka, membidik - dan tiba-tiba datanglah sebuah kereta kuda ke alun-alun tersebut. Seorang pria turun  membawa sebuah amplop. Pada detik terakhir, sang Tsar mengubah hukuman mati mereka.

Belakangan pagi itu, hukuman baru Dostoyevsky diberitahukan: empat tahun bekerja paksa di Siberia, disusul dengan wajib militer. Sama sekali tidak terpengaruh, Dostoyevksy menulis surat kepada saudaranya pada hari itu juga, "Ketika aku  menoleh ke belakang dan merenungkan segala waktu yang kusia-siakan dalam kekeliruan dan pengangguran, maka hatiku berdarah. Kehidupan adalah benar-benar karunia. Setiap menit kehidupan mungkin menjadi kebahagiaan selamanya! Seandainya saja semua anak-anak kecil mengetahuinya! Sekarang kehidupanku telah berubah; sekarang aku dilahirkan kembali."

Beberapa hari kemudian, belenggu seberat 4,5 kg dipasang pada lengan dan kaki Dostoyevsky - belenggu yang akan terus dipasang selama masa hukumannya - dan diapun diberangkatkan ke Siberia.  Selama empat tahun berikutnya, dia menanggung kondisi penjara yang sungguh parah. Karena tidak diizinkan menulis, dia menulis novel dalam benaknya, menghafalkannya. Pada akhirnya, pada tahun 1857, ketika masih menjalani wajib militer sebagai bagian dari hukumannya, dia diizinkan untuk mulai menenrbitkan karyanya. Kalau sebelumnya, dia cenderung menyiksa diri ketika menulis satu halaman saja, menghabiskan setengah hari melamun, sekarang dia terus menulis. Teman-temannya sering melihatnya berjalan di St. Petersburg menggumamkan bagian-bagian dialog kepada dirinya sendiri, membayangkan lakon-lakon serta alur ceritanya. Slogan barunya adalah: "Berusaha melaksanakan sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin."

Sebagian orang mengasihani Dostoyevsky karena sempat dipenjara. Hal itu malah menjadikannya berang; dia justru bersyukur atas pengalaman tersebut dan tidak merasakan kepahitan. Seandainya bukan karena hari di bulan Desember tahun 1849 tersebut, dia merasa, dia pasti sudah menyia-nyiakan kehidupannya. Dia justru merindukan keadaan diburu maut tersebut. Dostoyevsky sering menghabiskan semua uangnya di meja judi sampai dia miskin, kelaparan dan mendekati kematian sehingga dia bisa menulis dengan banyak dan cepat sebelum ajal menjemput. Hingga ajalnya pada tahun 1881, dia terus menulis dengan sangat cepat, menerbitkan novel demi novel hebat yang menjadi acuan banyak filosof Barat - 'Kejahatan dan Hukuman' (Преступлéние и наказáние), 'Idiot' (Идиот), 'Saudara-saudara Karamazov' (Братья Карамазовы), novel-novel yang hidup di benaknya selama pembuangan Siberia - Dostoyevsky menuliskannya seolah-olah setiap novel itu adalah novelnya yang terakhir.

*Salah seorang sahabat terbaik dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar