Oleh: Rangga L Utomo*
Pada tahun 1845, Fyodor Dostoyevsky, yang saat itu berusia dua puluh
empat tahun, mengguncang dunia sastra Rusia dengan terbitnya novel
pertamanya, 'Kaum Miskin' (Бедные люди). Maka, diapun disanjung oleh
masyarakat St. Petersburg. Akan tetapi, Dostoyevsky merasa hampa akan
ketenaran itu. Maka, diapun hanyut ke dalam arena politik, menghadiri
pertemuan-pertemuan berbagai kelompok radikal. Salah satu dari kelompok
itu terarah pada Mikhail Petrashevsky yang karismatik.
Tiga
tahun kemudian, pada tahun 1848, pecahlah revolusi di seluruh penjuru
Eropa. Terinspirasi oleh apa yang terjadi di Barat, kelompok-kelompok
radikal Rusia seperti kelompok Petrashevsky membahas kemungkinan
mengikuti jejak Barat. Akan tetapi, agen-agen Tsar Nikolas I telah
menyusupi kelompok-kelompok ini, maka ditulislah laporan-laporan tentang
gagasan dan perencanaan gerakan liar yang dibahas di rumah
Petrashevsky, termasuk pembahasan tentang kemungkinan memicu
pemberontakan petani. Dostoyevsky sangat bersemangat untuk membebaskan
para pekerja paksa, dan pada tanggal 23 April 1849, dia ditahan bersama
dengan dua puluh tiga anggota lain dari kelompok Petrashevsky.
Setelah
delapan bulan mendekam di penjara, para tahanan dibangunkan pada suatu
pagi yang dingin dan diberi tahu bahwa pada akhirnya mereka akan
mendengar vonis hukuman mereka pada hari itu. Pembuangan selama beberapa
bulan adalah hukuman yang wajar atas kejahatan mereka; tidak lama lagi
juga penderitaan mereka akan berakhir, demikian pikir mereka.
Mereka
dijejalkan ke dalam kereta dan dibawa melalui jalanan licin karena es
di St. Petersburg. Begitu turun dari kereta-kereta tersebut di alun-alun
Semyonovsky, mereka disambut oleh seorang imam; di belakang sang imam
mereka melihat barisan prajurit dan, di belakang barisan prajurit
tersebut, ribuan penonton. Mereka digiring menuju sebuah arena eksekusi
di tengah alun-alun tersebut. Di bagian depan terdapat tiga tiang, dan
di sebelahnya terdapat sederet gerobak berisi peti-peti mati.
Dostoyevsky
tidak menyangka apa yang dilihatnya. "Tidak mungkin mereka akan
menghukum mati kita," demikian dia berbisik kepada sesama tahanan.
Mereka digiring menuju tempat tersebut dalam dua barisan. Hari itu luar
biasa dingin, dan para tahanan mengenakan pakaian tipis yang mereka
kenakan ketika mereka ditahan pada bulan April sebelumnya. Lalu,
terdengarlah suara genderang. Seorang petugas tampil membacakan hukuman
mereka: "Seluruh terdakwa bersalah dengan tuduhan berniat menimbulkan
kekacauan nasional, dan oleh karenanya dihukum mati di hadapan pasukan
penembak." Para tahanan pun tertegun.
Sementara sang
petugas membacakan tuduhan dan hukuman secara individual, Dostoyevksy
menemukan dirinya memandangi puncak keemasan sebuah gereja di dekat sana
yang tertimpa sinar matahari pagi. Kilau sinar matahari menghilang
ketika sebuah awan lewat di atas mereka, dan terpikirlah oleh
Dostoyevksy bahwa dia akan segera memasuki kegelapan dengan sama
cepatnya, dan selamanya. Tiba-tiba timbul pula suatu pemikiran lain:
"Seandainya aku tidak mati, seandainya aku tidak dihukum mati,
kehidupanku tiba-tiba akan menjadi tidak pernah berakhir tampaknya,
kekal selamanya, setiap menitnya dalam satu abad. Aku akan
memperhitungkan setiap detik yang berlalu - aku tidak akan
menyia-nyiakan sedetik pun dalam kehidupanku."
Para
tahanan diberikan kemeja berpenutup kepala. Sang imam tampil untuk
membacakan doa terakhir dan mendengar pengakuan dosa mereka. Mereka
mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Tiga tahanan pertama yang
akan ditembak diikat pada ketiga tiang tersebut, dan wajah mereka
ditutup dengan penutup kepala mereka. Dostoyevsky berdiri di depan,
dalam kelompok berikutnya. Para prajurit mengangkat senapan mereka,
membidik - dan tiba-tiba datanglah sebuah kereta kuda ke alun-alun
tersebut. Seorang pria turun membawa sebuah amplop. Pada detik
terakhir, sang Tsar mengubah hukuman mati mereka.
Belakangan
pagi itu, hukuman baru Dostoyevsky diberitahukan: empat tahun bekerja
paksa di Siberia, disusul dengan wajib militer. Sama sekali tidak
terpengaruh, Dostoyevksy menulis surat kepada saudaranya pada hari itu
juga, "Ketika aku menoleh ke belakang dan merenungkan segala waktu yang
kusia-siakan dalam kekeliruan dan pengangguran, maka hatiku berdarah.
Kehidupan adalah benar-benar karunia. Setiap menit kehidupan mungkin
menjadi kebahagiaan selamanya! Seandainya saja semua anak-anak kecil
mengetahuinya! Sekarang kehidupanku telah berubah; sekarang aku
dilahirkan kembali."
Beberapa hari kemudian, belenggu
seberat 4,5 kg dipasang pada lengan dan kaki Dostoyevsky - belenggu yang
akan terus dipasang selama masa hukumannya - dan diapun diberangkatkan
ke Siberia. Selama empat tahun berikutnya, dia menanggung kondisi
penjara yang sungguh parah. Karena tidak diizinkan menulis, dia menulis
novel dalam benaknya, menghafalkannya. Pada akhirnya, pada tahun 1857,
ketika masih menjalani wajib militer sebagai bagian dari hukumannya, dia
diizinkan untuk mulai menenrbitkan karyanya. Kalau sebelumnya, dia
cenderung menyiksa diri ketika menulis satu halaman saja, menghabiskan
setengah hari melamun, sekarang dia terus menulis. Teman-temannya sering
melihatnya berjalan di St. Petersburg menggumamkan bagian-bagian dialog
kepada dirinya sendiri, membayangkan lakon-lakon serta alur ceritanya.
Slogan barunya adalah: "Berusaha melaksanakan sebanyak mungkin dalam
waktu sesingkat mungkin."
Sebagian orang mengasihani
Dostoyevsky karena sempat dipenjara. Hal itu malah menjadikannya berang;
dia justru bersyukur atas pengalaman tersebut dan tidak merasakan
kepahitan. Seandainya bukan karena hari di bulan Desember tahun 1849
tersebut, dia merasa, dia pasti sudah menyia-nyiakan kehidupannya. Dia
justru merindukan keadaan diburu maut tersebut. Dostoyevsky sering
menghabiskan semua uangnya di meja judi sampai dia miskin, kelaparan dan
mendekati kematian sehingga dia bisa menulis dengan banyak dan cepat
sebelum ajal menjemput. Hingga ajalnya pada tahun 1881, dia terus
menulis dengan sangat cepat, menerbitkan novel demi novel hebat yang
menjadi acuan banyak filosof Barat - 'Kejahatan dan Hukuman'
(Преступлéние и наказáние), 'Idiot' (Идиот), 'Saudara-saudara Karamazov'
(Братья Карамазовы), novel-novel yang hidup di benaknya selama
pembuangan Siberia - Dostoyevsky menuliskannya seolah-olah setiap novel
itu adalah novelnya yang terakhir.
*Salah seorang sahabat terbaik dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar